Beranda > artikel, dunia islam, kliping > Perang Opini di Republika Antara Haidar Bagir, Mohammad Baharun, dan Fahmi Salim [updated, 3 Feb 2012]

Perang Opini di Republika Antara Haidar Bagir, Mohammad Baharun, dan Fahmi Salim [updated, 3 Feb 2012]


Note: Karena hangatnya tema ini dan diskusi yang dimaksud masih berlangsung, maka saya memutuskan untuk terus memantau postingan demi postingan yang beredar di internet terkait para penulis ini (dan penulis-penulis yang ikut bergabung dalam diskusi). Oleh karenanya postingan ini akan senantiasa diupdate menurut perkembangan para penulis yang dimaksud. Sumber tulisan juga tidak akan dibatasi hanya di Republika saja, melainkan berkembang ke tempat-tempat di mana para penulis mempublish tulisannya.

Minggu ini terjadi perang opini (maksudnya saling berbalas di kolom Opini) di harian Republika antara Haidar Bagir (Dirut dan Pendiri Mizan serta dosen pemikiran Islam di Islamic College), Mohammad Baharun (Ketua Komisi Hukum MUI Pusat dan guru besar Sosiologi Agama), dan Fahmi Salim (Wakil Sekjen Majelis Intelektual Ulama Muda Indonesia – MIUMI). Tema diskusinya masih seputar bidang yang hangat saat ini, yaitu Syiah. Diskusi ini menarik karena dilakukan oleh para intelektual dan disajikan melalui perantara tulisan.

Sebetulnya tulisan yang dikirim oleh Haidar Bagir ke Republika pada 20 Januari 2012 merupakan respon atas berbagai artikel yang dirilis Republika pada rubrik Islamia sehari sebelumnya. Artikel-artikel tersebut saya kumpulkan pada posting sebelum ini yang bisa dilihat pada tautan berikut. Artikel yang satu dan yang lain adalah saling terkait, meskipun tidak dipublish di media yang sama.

Bagi yang tidak sempat membaca harian Republika, saya sudah mendokumentasikan artikel-artikel tersebut. Artikel terakhir dimuat hari ini, Jumat, 27 Januari 2012 ditulis oleh Haidar Bagir dan tidak menutup kemungkinan bahwa diskusi ini masih akan berlanjut.

  1. Solusi Damai Sunnah-Syiah, Adian Husaini et al, Jurnal Islamia, Republika, 19 Januari 2012.
  2. Syiah dan Kerukunan Umat, Haidar Bagir, Republika, 20 Januari 2012.
  3. Distorsi Itikad Baik Merukunkan Umat, Bantahan Artikel Haidar Bagir, Fahmi Salim MA, Eramuslim, 21 Januari 2012.
  4. Syiah dan Tuduhan Tahrif al-Quran: Tanggapan atas Artikel Era Muslim “Distorsi Itikad Baik Merukunkan Umat”, Muhammad Anis, Iran Indonesia Radio, 22 Januari 2012.
  5. Kritik Syiah Sudah Proporsional (Tanggapan untuk Haidar Bagir), Mohammad Baharun, Republika, 24 Januari 2012.
  6. Syiah dan Kerukunan? (Tanggapan untuk Haidar Bagir), Fahmi Salim MA, Republika, 26 Januari 2012. (Note: isi artikel ini serupa dengan artikel yang beliau publish di Eramuslim, meskipun redaksinya jauh berbeda)
  7. Membenahi Distorsi Syiah; Tanggapan Atas Tanggapan, Fahmi Salim MA, Blog, 26 Januari 2012. (Note: artikel ini menanggapi tanggapan dari Muhammad Anis pada artikel nomor 3.)
  8. Menagih Janji Kaum Syiah, Adian Husaini, Hidayatullah, 27 Januari 2012.
  9. Sekali Lagi, Syiah dan Kerukunan Umat (Tanggapan untuk Muhammad Baharun dan Fahmi Salim), Haidar Bagir, Republika, 27 Januari 2012.
  10. Syiah dan Kesalahpahaman “Pembelanya”, Fahmi Salim MA, Hidayatullah, 30 Januari 2012.
  11. Beda ‘Rukun’, Tapi Bisa Rukun, Mohammad Baharun, Republika, 3 Februari 2012.
  12. Ukhuwwah dan Keterbukaan, Kholil Hasib MA, Republika, 3 Februari 2012. (Note: Republika menyatakan bahwa dengan publikasi artikel ini, polemik Sunni-Syiah di harian tersebut dinyatakan cukup)

Mudah-mudahan bermanfaat.

  1. Januari 27, 2012 pukul 9:30 pm

    islam itu satu perbedaan itu biasa asal tuhan nya sama dan rasul nya nabi Muhammad S.A.W

  2. Januari 30, 2012 pukul 12:17 pm

    Ini baru proses saling memahamkan yang beradab

  3. Januari 31, 2012 pukul 11:51 am

    Senangnya kita dibawa ke khazanah Islam yang luas dalam polemik seperti ini. Asal dilakukan dengan santun dan tetap “kepala dingin” polemik semacam ini perlu kita galakkan demi mencerdaskan masyarakat.

  4. SW Wijanarko
    Februari 3, 2012 pukul 8:42 am

    hari ini republika akhirnya menutup “perang” suni syiah he.. padahal masih pengen mengikuti adu argumen keduanya…

    “dengan dimuatnya artikel ini, maka polemik tentang sunni-Syiah kami nyatakan cukup. Terimakasih atas perhatiannya. Redaksi.”

    • Februari 3, 2012 pukul 6:16 pm

      tenang saja… lapak diskusinya kan sudah melebar kemana-mana. cuman masih ngga tahu juga nih, kira2 pak haidar bakal publish di mana lagi.. kalau yang lain2 kan masih bisa di hidayatullah atau eramuslim.

  5. abuhaitsam
    Februari 6, 2012 pukul 10:34 pm

    Alhamdulillah Pak Haidar Bagir mengakui kesesatan Syi’ah.
    Coba lihat di link ini…
    http://konsultasisyariah.com/pengakuan-haidar-bagir-tentang-sesatnya-syiah

  6. Juli 4, 2012 pukul 10:36 am

    Buat saya tidak merasa terbebani permasalahan Syiah, melainkan permasalahan Islam di negeri kita ini yang susah diakui kesungguhannya. Orang Indonesia kebanyakan hanya butuh predikatnya saja Islam. Tidak ada gambaran kebesaran Islam di NKRI ini meski penganut Islam ini mayoritas..

  7. Juli 6, 2012 pukul 10:37 pm

    sebenarnya riwayat tahrif al-Quran di pihak sunni dan syiah memang ada, mulai yang sahih sampai yang palsu. bahkan salah satu imam qiraah sunni (qiraah 14) pun diyakini meyakini tahrif al-quran.

  8. September 30, 2013 pukul 10:38 am

    Bermanfaat bagi yang terlambat membaca.

  9. udhien
    Februari 11, 2014 pukul 3:19 pm

    Republika cukup profesional dengan membuka ruang dialog guna bertukar pandangan dan pemahaman. Cari sebanyak mungkin persamaan, jagangan carai perbedaan. Syukur2 dengan dialog terbuka yang penuh dengan persahabatan dan persaudaraan ini, kita bisa banyak belajar dari situasi terakhir di Suriah. Kita saling tembak, rakyat Suriah yg kebanyakan Islam jadi korban, kaum Zionis yang bertepuk tangan. Bagaimanapun, masih ada beberapa titik temu antara Suni dan Syiah dibandingkan dengan kaum Zionis yang tidak punya persamaan apapun dari ujung rambut sampai ujung kaki. Mana musuh utama, mana kawan utama, mana yg masih bisa kita ajak kerjasama da mana yg sdh tidak mungkin lagi jadi kawan, mana yg masih banyak persamaannya dan mana yang jauh berbeda, mana yg prioritas dan mana yang dibelakangkan urusannya, serta mana yang maslahat dan mana pula yang mudharat (berdasarkan kepentingan umat secara keseluruhan, baik Suni maupun Syiah). Dalam peperangan terhadap Zionis, daya pukul umat Islam justru harus diperkuat dan diperbesar, jangan malah justru dipreteli dan diperkecil kekuatannya. Maka, soal perbedaan jangan malah dipertajam. Biarlah masing2 meyakini kepercayaannya dengan konsekuensi dan tanggungjawabnya masing2 di hadapan Allah swt. Islam mengajarkan kematangan dan kedewasaan pribadi di mana setiap orang bebas menentukan segala pilihannya dengan segala resiko dan konsekuensinya. Allah swt telah memberikan semuanya pada kita: mana yang benar dan mana yang salah, setelah itu Ia mempersilakan kita untuk memilih. Allah swt juga memberikan pemahaman kepada kita tentang konsekuensi atas pilihan kita. Rasulullah Muhammad saw dengan tepat menjalankan perintah Allah swt. ia mengajak kebaikan, syukur diterima, tidak dterima, ya silakan tanggung sendiri konsekuensinya di hadapan Allah swt. Tidak ada paksaan dalam agama. Ini adalah doktrin keagamaan yang luar biasa tingkat kualitasnya di mana manusia diberikan pilihan2. Agama ini sangat mendewasakan manusia. Tidak ada agama di jagat raya ini yg seperti Islam yg menempatkan manusia sebagai mahluk dewasa dan bebas. Islam turun untuk manusia bermental dewasa, bijaksana dan bebas yang dipersilakan untuk menetapkan pilihan hidupnya dengan segala konsekuensinya. Agama Islam tidak diturunkan untuk orang bermental kerdil dan bocah yg merengek dan protes karena melihat kawan mainnya memiliki mainan yg beda dari yg dimilikinya. Lebih arif dan bijaksana jika soal perbedaan ini kita serahkan saja Raja Diraja Pencipta dan Penguasa Alam Semesta sebagai hakim yang Maha Adil: Allah swt. Hanya Allah swt satu2nya pihak yang berwenang memeriksa dan mengadili keimanan setiap orang. Kewenangan ini, dalam doktrin Islam, adalah ABSOLUT milik-Nya. Lebih dari itu, Dialah yg maha mengetahui tingkat keimanan seseorang.

  10. sopyan
    November 14, 2014 pukul 4:31 pm

    nomor 2 kok kosong?

  1. Februari 4, 2012 pukul 5:36 pm
  2. November 14, 2012 pukul 11:08 pm
  3. Desember 5, 2013 pukul 3:58 pm

Tinggalkan komentar